Sejak ponsel saya dicopet dalam sebuah bis Patas 6 jurusan Kampung Rambutan-Grogol tahun lalu, saya tidak meletakan dompet dan ponsel di saku celana atau di saku kemeja saya. Dompet dan ponsel saya masukkan ke dalam tas punggung saya.
Tapi copet tidak bakal kehilangan akal. Saya sadar telah dicopet setiba di kantor. Tas saya bagian samping robek rapi memanjang kurang lebih 10 sentimeter. Nampak seperti bekas disobek dengan silet atau benda semacamnya. Tidak ada harta benda yang ilang. Ponsel dan dompet saya terselip di lembaran buku. Alhamdulillah. Aman.
Bis Patas 79 Tadi pagi saya naik Patas 79 AC dari UKI (Universitas Kristen Indonesia), Cawang. Bis ini menuju Kota dari Kampung Rambutan. Di UKI bis sudah penuh. Penumpang berdiri hingga bibir pintu. Saya memaksa masuk karena pada jam-jam berangkat kantor mustahil dapat bis dengan bangku kosong kecuali saya naik dari Terminal Kampung Rambutan.
Saya naik dari pintu belakang. Saya tidak memperhatikan siapa orang-orang di dalam bis. Tapi saya merasa tas saya ada yang menarik kaut. Hampir kurang lebih tiga menit saya merasa tas saya ada yang menarik.
Saat itu di bagian luar dari pintu bis ada perempuan berjilbab. Saya mempersilahkan dia untuk masuk ke dalam. Maksud saya, biarlah saya bergelantungan di pintu bis, kalau perlu. Tapi perasaan, sulit sekali dia masuk karena terhalang tas saya. Saya baru menyimpulkan pada saat itu tas saya ditarik, tertahan, sehingga perempauan ini sulit masuk. Pada saat itu nampaknya tas saya disobek.
Bis Patas 6 Ini
adalah kejadian kali kedua yang saya alami. Tahun lalu tas punggung saya yang lain pernah dirobek di bis Patas 6. Bis ini punya trayek Kampung Rambutan-Grogol. Saya naik dari Stasiun Cawang. Saya sadar setelah turun di UKI. Syukur tidak ada barang saya yang hilang.
Ilustrasi : www.ranesi.nl/tema/kamera/copet_copetan_051209
Selengkapnya..
Ilustrasi : www.ranesi.nl/tema/kamera/copet_copetan_051209