"Pindah ke swasta aja kali ya," kata saya kepada istri saya dalam bahasa Jawa. Jadi PNS (Pegawai Negeri Sipil) itu memang harus selalu berhemat. Nggak, ada bonus apalagi liburan akhir tahun. Kalau PNS kaya, meski dari hasil halal, harus siap-siap mendengarkan tuduhan korupsi dari tetangga kanan kiri.
Obrolan sebelum tidur malam tadi topiknya adalah seputar evaluasi 2 tahun setelah saya menyandang status abdi negara. Saya sudah menenapkan tahap pertama menjadi PNS cukup dua tahun. Setelah itu harus ada evaluasi apakah masih bertahan atau harus cari peluang lain.
Beberapa hari yang lalu saya gagal masuk ke lembaga lain yang konon memberikan tingkat kesejahteraan lebih baik dari kantor saya sekarang (Komisi Nasional Hak Asasi Manusia). Istri saya bilang berarti memang rejekinya masih di kantor yang sekarang. Seorang istri kebanyakan lebih senang dengan pendapatan tetap meski lebih kecil, misalnya, dibanding gaji di swasta. Tapi statusnya jelas. Oleh karena itu dia lebih sepakat dengan kantor yang sekarang.
Saya sendiri kurang sepakat dengan pendapat istri. Saya lebih berani beresiko. Gaji tinggi pasti resikonya lebih tinggi, dipecat, perusahaan bangkrut dan kemungkinan lain. "Orang lama" bilang, PNS itu mapan karena dijamin pensiun. Tapi Bapak mertua saya bilang orang yang mengandalkan pensiun adalah orang malas. Betul juga dengan pendapat ini. Waktu menunggu masa pensiun (56 tahun) masih lama. Masih banyak peluang besar yang bisa diraih. Ngapain nungguin pensiun.
Bapak Mertua saya adalah PNS TVRI yang keluar karena pertimbangan di atas. Meski harus terseok-seok di awal. Alhamdulillah bisa hidup. Bapak mertua saya terkena stroke. Sepuluh tahun sudah. Sekarang bisa jalan kaki meski tidak tidak seratus persen normal. Dia "pensiun dini" karena harus harus istirahat total. Perusahaan kontraktornya dihibahkan ke anak buahnya karena tidak mau menanggung kemungkinan hutang-hutang bila ke depan nanti perusahaan ini dililit utang.
PNS bukan status mewah. Masih banyak peluang. Bila ada peluang lebih baik maka dengan senang hati saya akan lepas status ini.
Hanivah, anak saya, masih terlelap.
Istri saya bilang saya baru dua tahun bekerja dengan status PNS. Orang sukses butuh perjuangan panjang.
Hanivah bangun. Istri saya menenangkan dia. Saya harus menyiapkan susu kaleng untuk anak saya.
Ilustrasi : http://www.barcode.it/img/work.jpg
Ilustrasi : http://www.barcode.it/img/work.jpg
No comments:
Post a Comment